Liga Kretek
Kali ini aku mau cerita tentang
keistimewaan kampungku tercinta. Secara aku tinggal diujung selatan Jogja yang
tentu saja gotong royong masih kental terasa. Tapih (bukan hewan bermoncong)
kali ini aku pen cerita tentang keseruan Jetis Football Club ikut berlaga di Liga
Kretek. Yuhu btw kita udah lolos ke semifinal loh. Dan tanggal 18
November besok (tanggal istimewaku) Jetis FC akan tanding lagi untuk
penentuan babak finalnya.
Jetis FC adalah klub
sepakbola kampungku yang pemainnya berasal dari kampong Jetis sendiri. Bingung
waks :D Yoi, pemain Jetis FC adalah pemuda dari kampungku. Dan walaupun Liga
Kretek cuma liga tarkam tapi jangan diremehin. Kita bertanding menjunjung
sportifitas antar klub (yaelah bilang aja antar kampung). Tahun lalu kita
berhasil jadi juara Liga Kretek tahun 2014. Dan tahun ini kita berhasil lolos
semifinal, doakan tanggal 18 besok menang lagi Aamiin.
Beberapa klub yang ikut dalam Liga
Kretek yaitu: Jetis FC, Metuk FC, Tirtohargo FC,
Tegalsari FC, PSST, Depok FC, Paris U30, Rotag FC, Paris Muda U17, Bungkus FC,
Master Seta Muda, Muhitek FC, Mriyan FC, PERSIDEP, PS Palangjiwan, Mriyan FC,
Panselt FC, Mancingan FC, SAR Paris FC.
Saking bergengsinya Liga
Kretek, penontonnya bisa menuhin 3 sisi lapangan Mojo sebagai venue
perhelatan akbar Liga Kretek dari tahun ke tahun…cieileh. Jangan ditanya berapa
jumlahnya, bisa jadi penonton Liga Kretek sepadan dengan penonton
saat PSS Sleman bertanding hhaha. Terbukti jika kamu melewati Lapangan Mojo pada
saat ada pertandingan Liga Kretek, akan sedikit tersendat
karena macet dan terkadang arus lalu lintas akan dialihkan oleh polisi.
Dan saat Jetis FC tanding bisa
jadi maling yang berniat nyolong dikampungku akan panen harta karna semua
warganya nonton bola semua. Ya itulah bentuk solidaritas kampungku untuk
mendukung pemudanya agar berprestasi di kancah persepakbolaan tingkat kecamatan
wkkwkwkk.
Dikampungku hal biasa
simbah-simbah cewe ngobrol bola. Bahkan simbah cewe yang tak lagi tegap berdiri
saja ada lho yang janjian nonton bola naik sepeda. Dan ini benar-benar terjadi
saat simbah cewe A dan simbah cewe B bertemu usai solat ashar dimasjid “yu
mengko ndelok Njetis ng mojo yo, tak enteni nang ngarepan mesjid nggo pit” ya
ampun simbah masih pen gaul aja ah. “yoh. Ning mengko nek putuku wes bali tak
kon ngeterke ngo motor lho” yaelah ini lagi nenek2 kurang hiburan bet kayaknya
(tepok jidat)
Tapi benar saja, ibu-ibu muda dan
tua bahkan nenek-nenek tadi adalah peneriak andalan Jetis FC saat bertanding.
Bahkan pertandingan kemarin saat lolos masuk ke 8 semifinal rombongan
bapak-bapak dan ibu-ibu yang usai menjenguk salah satu warga di rumah sakit jogja
dan menggunakan bis ikut berhenti
dilapangan mojo demi melihat putra terbaik Jetis berlaga hhahaha. Itulah sedikit
cerita tentang sportivitas Liga Kretek dan para supporter Jetis
FC dikancah persepakbolaan tingkat kecamatan, jangan anggap remeh
tentang liga tarkam. Bukankah bibit berbakat Indonesia banyak yang lahir dari
liga tarkam?
Komentar
Posting Komentar