Film Beauty And The Beast 2017



Beauty And The Beast adalah film animasi Walt Disney yang ditayangkan tahun 1991. Pada Maret 2017 ini Disney kembali menggarap dongeng ini dengan kemasan yang jauh lebih menarik. Dengan mengangkat tema fantasy drama musical, film live-action ini diperankan oleh Emma Watson sebagai Belle, dan Dan Stevens sebagai the Beast. 

Kesan pertama setelah melihat film garapan sutradara Bill Condon ini, aku langsung membandingkan Beauty And The Beast dengan film Series Harry Potter (dilihat dari peran Emma Watson sebagai Hermione Jean Granger) dan Film La La Land (dilihat dari tema musikalnya)

Untuk perbandingan peran Emma Watson di Film Beauty And The Beast dan Harry Potter, kukira penyesuaiannya tidak terlalu susah untuk Emma. Karena dikedua film tersebut Emma berkarekter sebagai perempuan yang suka membaca buku. Hermione Granger dalam Seri Harry Potter memiliki karakter pemberani, setia kawan, dan sangat kutu buku. Bahkan beberapa ide penyamaran dan mantra sihir bisa dilakukan Hermione walaupun hal itu belum dipelajari dikelas. Peran Emma dalam Beauty And The Beast dan Seri Harry Potter juga sama-sama dianggap aneh oleh lingkungannya. Belle yang dianggap aneh karena dia jarang bergaul dan hari-harinya hanya untuk membaca buku. Sedangkan Hermione Granger dianggap aneh oleh murid-murid Hogwarts karena dia adalah keturunan Muggle. Kurang lebih begitulah perbandingan karekter seorang Emma Watson dalam film Beauty And The Beast dan Seri Harry Potter. Banyak sekali kemiripan karekter Hermione dan Belle ya..

Selanjutnya adalah perbandingan Beauty And The Beast dengan La La Land dilihat dari temanya penuh dengan drama musikal. Jujur, sebenernya aku belum nonton film La La Land sih. Cuma liat trailer aja. Demi apa aku nyeselnya sampai sekarang belum ilang gara-gara ga liat filmnya. FYI aja, La La Land berhasil memborong piala di ajang penghargaan internasional dalam berbagai kategori. La La Land adalah film drama musikal masa sekarang yang menceritakan jatuh bangunnya dua orang yang ingin mewujudkan mimpinya di Los Angeles sebagai seniman. Film ini bagai menarik jutaan “sel semangat meraih mimpi” kepada tiap penonton. Tak heran jika lagu-lagunya melejit diberbagai Negara. Bahkan aku sempat membaca beberapa artikel yang mengatakan bahwa film ini benar-benar bisa mengajak penonton untuk bernyanyi dan masuk ke tiap drama musikalnya, bahkan beberapa artikel lagi menominasikan La La Land adalah film yang wajib ditonton tahun ini. Oke sekarang aku benar-benar iri :(

Beauty And The Beast juga tak jauh dari itu. Perbandingannya adalah di film Beauty And The Beast ini bersetting di pedesaan nan indah dan penuh bukit hijau, khas suasana Inggris jaman dulu. Persis bagaimana Andrea Hirata menggambarkan Desa Edensor di novelnya yang juga berjudul Edensor. Rumah-rumah tua penduduk desa, kebun kecil didepan rumah, ternak yang dibiarkan terlepas dibukit-bukit, sungai yang berkelok, dan hutan yang mengelilingi desa ini. Yang paling aku suka saat penduduk desa dan Belle bernyanyi ‘Something There’ dan “How Does A Moment Last Forever” berlatar suasana desa yang sangat mengagumkan.

Alur cerita Beauty And The Beast live-action juga tak melenceng jauh dari versi animasinya. Awal film ini banyak menceritakan kegiatan di pedesaan. Penduduknya yang kebanyakan berprofesi sebagai pedagang, berternak dan berkebun di eksplor oleh sutradaranya. Sementara Ayah Belle, Maurice yang seorang pembuat jam harus pergi ke pasar yang jauh dan harus melewati hutan. Saat ingin pulang ke rumah, Maurice dihadang beberapa Serigala ditengah hutan. Karena menyelamatkan nyawanya, ia memacu kudanya dengan cepat dan tersesat di Istana Si Buruk Rupa. Ketika merasa aman, Maurice dan kudanya, Phillipe memutuskan kembali ke Desanya. Sebelum meninggalkan istana, Maurice yang menjanjikan bunga mawar kepada Belle, memetik salah satu mawar putih dihalaman istana tak berpenghuni itu. Begitu mawar itu dipetik, Si Buruk Rupa datang dan marah. Ia menahan Maurice karna telah mencuri bunganya. Belle kemudian berhasil menemui ayahnya yang ditahan di Istana dengan jemputan dari Phillipe. Saat pertemuan ayah dan anak itulah Belle menggantikan posisi ayahnya, menjadi tawanan Si Buruk Rupa. Bukanya dipenjara didalam sel tahanan, Belle malah diberikan kamar yang mewah dan dia berteman baik dengan semua penghuni Istana. Semua yang ada di dalam Istana itu dikutuk penyihir yang membuat mereka menjadi benda-benda yang dapat berbicara, yaitu Lumiere sebagai lilin, Cogsworth menjadi jam, Mrs. Potts menjadi teko poci, Chip menjadi cangkir, Plumette menjadi kemoceng, Madame de Garderobe menjadi almari, dan Mestro Cadenza menjadi Piano.

Singkat cerita, Siburuk Rupa jatuh cinta kepada Belle dan para penghuni Istana yang dikutuk pun mendukung perasaan tuannya. Sementara itu, Gaston yang sejak lama terobsesi untuk menikahi Belle meyakinkan orang-orang desa jika si Buruk Rupa adalah raksasa pemakan manusia. Gaston membawa penduduk desa ke Istana itu untuk membunuhnya. 

Terjadilah perang antara penduduk desa dan para penghuni Istana yang dikutuk. Gaston menyerang Si Buruk Rupa yang awalnya terlalu tertekan untuk melawan, tetapi ia menyerang Gaston setelah melihat Belle. Dia mengepung Gaston dan menyelamatkan hidupnya lalu ia kembali ke Belle. Namun Gaston menembak Si Buruk Rupa sebelum benteng runtuh. Setelah Beast meninggal, kelopak mawar terakhir yang menjadi simbol kutukan penyihir jatuh. Belle kemudian menyatakan cintanya pada Si Buruk Rupa. Seteleh melihat kejadian tersebut, Agathe mengakui dirinya sebagai penyihir dan membatalkan kutukan, lalu Si Buruk Rupa dan para pelayan istana kembali menjadi manusia. 

Adegan akhir dari drama musikal ini diakhiri dengan pesta dansa di Istana antara Si Buruk Rupa yang telah berubah menjadi pangeran dan Belle berbacksound lagu Beauty And The Beast yang dinyanyikan oleh Ariana Grande dan John Legend. Entah kenapa aku lebih suka versi lawasya yang dinyanyikan oleh Peabo Bryson. Selera masing-masing sih..:)
Sampai disini dulu, silakan menonton filmnya bagi yang penasaran ^_^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Novel "Milea - Suara Dari Dilan"

Ulasan Novel Dilan - Pidi Baiq