Cerita Baru

Halo teman-teman, maaf jarang menyapa di blog. Aku di Pelaihari, Kalimantan Selatan sekarang, sehat dan baik-baik saja. Alhamdulillah. Mungkin pindah disini membuatku jarang menulis karena pekerjaan yang cukup padat. But, I'm okay. Sebenernya draft ini sudah kubuat dari bulan Desember 2017, tapi baru sempat ku selesaikan bulan ini, hhehe
Jujur saja aku bingung kali ini mau nulis tentang apa. Sedikit cerita tentang Pelaihari, disini aku tinggal di kotanya kok, bukan di pedalaman kalimantannya. Apa saja sudah ada dan dekat. Rumah Sakit, Perkantoran, Sekolah, semua serba dekat. Hanya saja mall yang agak jauh sekitar 1-1,5 jam baru bisa kita jumpai. Itu juga yg membuatku sekarang kudet buanget sama film! Padahal di Jogja keseringan nonton. Tapi gapapa, anggap aja ini adalah gerakan puasa nonton demi keberlangsungan hidup.
Suasana lingkunganku juga ga beda jauh sama di Jogja. Banyaknya orang Jawa disekeliling membuat suasana seperti dirumah, pemakaian bahasa jawa misalnya. Bahkan dari 2 acara nikahan yang pernah ku datangi, keduanya MC pakai bahasa jawa alus, lagu-lagunya pun memakai lagu Jawa. Ini membuktikan, kalau orang jawa memang mendunia. Tak heran bandara di Dubai memakai bahasa jawa di setiap announcement nya ya.
Salah satu probem yg paling sulit diatasi perantau adalah rindu kampung halaman. Bagaimana bisa tahan kalau begitu buka Instagram isinya wisata baru yang ada di Jogja. Bahkan cuma lihat postingan Jalan Malioboro aja aku sudah rindu. Belum lagi mengatasi rasa iri kalo grup wa mulai ramai dengan celotehan teman-teman yang janjian meet up. Ah semua terasa menyesakkan.
Anyway sekedar mengalihkan kerinduanku tentang Jogja, disini keadaan lingkungannya sangat baik. Sedikit agak panas kalau tengah hari. Tapi yang paling terasa perbedaannya adalah cuaca yang sangat cepat sekali berubah. Sering kali aku mengalami cuaca ekstrem di Kalimantan, berangkat jemput keponakan dalam keadaan sangat panas, pulangnya mendung tebal menghadang tanda hujan lebat segera hadir. Yang lebih ekstrem lagi adalah saat pulang kerja dijalan masih bisa menikmati sunset dengan jingga yang merekah, sampai rumah lagi-lagi mendung tebal datang, padahal jarak tempat kerja ke rumah ga ada 5 menit.
Duh ngomongin apa lagi yaa... Oh Wisata di Kalimantan Selatan juga cukup banyak. Beberapa diantaranya ada pantai Takisung, Pantai Asmara, Pantai Tanjung Dewa, Pantai Batakan, dll. Selain pantai, disini juga juga terkenal dengan wisata sungainya. Tetapi jarak tempuh untuk menikmati wisata ini cukup jauh. Sekitar 1,5 jam untuk menuju Ibukota KalSel yaitu Banjarmasin. Hamparan sungai Martapura menjadi tujuan wisata di Banjarmasin. Ditambah deretan pasar apung yang MasyaAllah, indah sekali. Persis kayak jargon RCTI Oke jaman SD dulu. Rumah-rumah panggung dari kayu juga masih banyak ditemui. Aku pernah tanya sama teman, emang rumah kayu kayak itu bertahan lama ya? Kan kalo hujan tiang penyangganya bisa keropos. Dan ternyata rumah khas Kalimantan itu buatnya dari kayu Ulin, yang terkenal kuat hingga ratusan bahkan ribuan tahun.
Selama 7 bulan di Kalimantan Selatan aku masih bingung perkara arah mata angin. Ngga tau barat timur utara selatan. Bahkan pernah sholat di rumah sakit ngadepnya ke utara. Itu bermula karna biasanya solat di mushola lantai 1, males turun terus sholat di lantai 3. Dan yang terjadi selanjutnya adalah diketawain teman-teman.
Hal lain yg ga kalah seru yaitu eksplore makanan disini. Dari rasa yg aneh sampe uenaak. Banyak makanan baru yang aku coba disini kayak empal jagung, ini enak banget. Semacam bakwan tapi sayurnya jagung doang. Apa lagi kalo yg bikin Bulek, yg dijual aja masih kalah rasanya. Ada juga kue pare, kue untuk, dan kue-kue enak lainnya tapi gatau namanya.
Di kabupaten tanah laut ini juga punya perpustakaan yg lumayan besar lho. Tapi sayang pengunjungnya masih sedikit sekali. Pernah ngobrol sama salah satu bapak petugasnya, dari tanya-tanya soal Kota Jogja, sampai tanya kalo di Bantul perpusnya kayak apa. Mulailah kuceritakan perihal perpustakaan kota Bantulku tercinta itu. Perbedaannya, kalo disini sabtu minggu tutup. Sedangkan kalo perpus Bantul tetap buka sampai jam 2 siang. Perpus Tanah Laut kalo ngembalikan buku telat dr tanggal kembali tidak ada konsekuensinya, bisa langsung pinjam lagi. Sedangkan kalo di Bantul nga boleh pinjam sebanyak hari keterlambatan. Terus tak saranin buat adopsi aturan di Bantul kan ya, ee si bapak bilang, "Wong ga ada konsekuensi aja pengunjung sedikit mba. Apa lg konsekuensinya gaboleh pinjam sebanyak hari dia telat. Tutup nanti perpusnya". Iya juga sih ya pak hehe. Padahal ya, koleksinya lumayan uptodate lho. Semoga lebih banyak lg deh yang datang ke perpus TaLa.
Sekian dulu update kabarku di blog yang sudah usang ini. Semoga bermanfaat.
Akan ada banyak hal terjadi disini, dan satu satu nya hal yang bisa ku lakukan adalah belajar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Novel "Milea - Suara Dari Dilan"

Incredible Journey

Ulasan Novel Dilan - Pidi Baiq