Sejuta Cerita di Kota Malang

Sayup mataku perlahan terbuka ketika laju kereta yang ku tumpangi berjalan melambat. Terdengar jelas suara Adzan subuh yang belum pernah kudengar sebelumnya mengiringi langkah kakiku untuk keluar kereta. Sungguh pagi yang indah, sampai ditempat yang baru disambut lengkungan suara memuja Sang Maha Agung. Dimana semua makhluk, pepohonan, semut, singa, bahkan daun yang jatuh ditengah belantara rimba akan seraya memuja Sang Penciptanya. Pukul 04.03 pagi, suasana di Stasiun Malang tengah ramai, mengangkut dan menurunkan penumpang. Bis rombonganku terparkir tak jauh dari gerbang stasiun, kami pun segera menuju salah satu hotel di Malang, perjalanan dari stasiun ke Hotel Gets kira-kira 15 menit.

Sedikit cerita dari sejarah kota Malang, dahulu kota ini memiliki semboyan “Malang Nominor, Sursum Moveor” yang artinya Malang Namaku, Maju Tujuanku. Simbol kota malang yaitu Singa. Inilah mengapa Klup Sepakbola terkenal, Arema Malang memiliki julukan “Singo Edan”. Pada tahun 1964 semboyan Kota Malang dig anti menjadi “MALANG KUCECWARA” yang artinya “Tuhan menghancurkan yang bathil, menegakkan yang benar”. Begitu kata tour guide yang berbicara sepanjang perjalanan di Bus.

Tak banyak yang ku lakukan di hotel setelah sampai, aku dan teman satu kamarku tertidur sesaat setelah banyak mengobrol sebelumnya. Pukul 08.30 setelah sarapan di hotel, kami memulai acara Family Gathering menuju kota Batu. Acara pertama kami yaitu Out Bound yang berlokasi di daerah Kali Watu. Pukul 09.30 kami tiba dilokasi dan telah disambut pemandu. Berbagai games dipersiapkan beberapa pemandu, mulai dari yel-yel, permainan bola, kelereng, dll.

Jumat. Kami pun istirahat sejenak menikmati suasana kota Batu. Pukul 13.00 kami bersiap kembali menuju bis dan melanjutkan perjalanan ke Museum Angkut. Setibanya di Museum Angkut kami disambut dengan pemandangan kota Batu dari atas. Tampak dilain sisi terlihat ikon Museum Angkut yaitu pesawat Boeng 737 dan Apollo yang seolah-olah berada di tepian lereng gunung. Kami pun menyusuri rute diawali dengan pemandangan Pasar Apung. Masuk ke dalam Museum Angkut kami seperti berada di showroom kendaraan klasik, mulai dari sepeda tua, mobil, motor kereta kencana, kapal, dan masih banyak lagi transportasi tradisional lainnya yang sengaja dijadikan koleksi di museum tersebut.

Masuk di area lain dari museum angkut, pandanganku dimanjakan dengan suasana sejuk dan hijaunya kota Batu melalui spot yang dirancang khusus untuk pengunjung di menara apollo yang berada diketinggian 850 mdpl. Setelah menuruni menara, aku berjalan menuju zona antar Negara seperti Zona Batavia yang diberlatarbelakang kampung cina dan stasiun sunda kelapa pada jaman dahulu. Ada pula zona Gangster Town yang didesain sangat cantik dengan bangunan terkenal ala Negeri Paman Sam. Zona lainnya yang sangat sayang jika hanya lewat tanpa jepretan foto yaitu Inggris, Jerman, Perancis, Italy. Las Vegas, dll.

Zona paling kusuka dari Museum Angkut adalah Zona Paris, bangunan luar dari zona Amerika dan Gangster Town. Terakhir aku dan salah satu temanku naik perahu dan diajak jalan-jalan sama tukang sampannya untuk mengelilingi Pasar Apung. Beruntung banget bapaknya mau fotoin kita di spot-spot yang keren. Beliau juga mendayung sambil bercerita awal mula pasar apung. Dia bercerita jika Pasar Apung buatan itu dahulunya sangat jernih, hingga koin yang dijatuhkannya akan terlihat dari atas. Tetapi seiring berjalannya waktu, lumut mengubah warna air menjadi hijau. Tapi itu tak mengurangi keindahan pasar apung. Ah senang sekali, seperti di Venice, Italy.

Menjelang maghrib kami berkumpul di bus dan melanjutkan perjalanan ke Rumah Makan Kertasari. Rumah Makan Kertasari merupakan restoran yang cukup terkenal di Batu dengan menggabungkan dua unsur yaitu seni dan cita rasa. Disana saat memasuki parkiran anda akan dismbut dengan patung kura-kura raksasa yang terbuat dari besi-baja yang tidak terpakai. Masuk kedalam restoran anda akan dimanjakan dengan patung-patung indah dipadu bangunan resto bertema modern. Tak hanya tampilan tempatnya, masakannya pun sangat enak.

Selesai makan malam di Rumah Makan Kertasari kami meluncur menuju hotel dan istirahat. Pukul 20.15 aku baru selesai mandi dan langsung keluar kamar menuju lantai 5 karena teman sekamarku, Mba Resti keluar hotel untuk bertemu teman lamanya. Akhirnya aku naik ke kamar 503 dan tidur dengan Mba Riesye. Pukul 22.25 mba Resti mengetuk pintu dan membawakan Bakso Bakar Pahlawan Trip. Itu bakso recommended banget untuk kalian yang sedang berwisata ke Kota Malang.

Selamat pagi dari Kota Malang. Pagi ini sinar matahari terlihat sedikit meredup. Kunikmati pagi kedua di Kota Malang, sedikit membuka jendela kamar, menikmati birunya banyu dikolam renang. Setelah siap dengan tujuan selanjutnya kami berkumpul di Lobby. Destinasi kami hari ini yaitu Eco Green Park. Disana terdapat banyak sekali pendidikan bagi anak maupun orang dewasa tentang semangat melestarikan lingkungan. Banyak sekali barang-barang daur ulang yang dijadikan hiasan di Eco Green Park. Seperti Gajah yang dibuat dari TV yang rusak dll. Wahana yang paling terkenal di sana adalah Rumah Terbalik.

Setelah selesai menikmati Eco Green Park, kami berkumpul menuju Bus dan makan siang di Rumah Makan Bu Atik. Setelah itu perjalanan dilanjutkan ke Jawa Timur Park 2.
Jawa Timur Park 2 merupakan wahana wisata yang terletak di Kota Batu dan berdiri diatas lahan seluas kurang lebih 14 hektar. Jawa Timur Park 2 terdiri dari 3 area yaitu Museum Satwa, Secret Zoo dan Pohon Inn. Mari kita bahas satu persatu. Pertama Museum Satwa, awal melihat bangunannya aku sudah terkagum. Konsep bangunan dari depan terlihat jelas berarsitektur Romawi Kuno, dengan lima pilar raksasa seolah menyangga dengan kokoh bangunan tersebut. Dari samping kanan dan kiri terlihat patung gajah besar yang menambah megah bangunan tersebut. Ok, lanjut kita bahas bagian dalam museum. Begitu masuk ke dalam museum kita akan disambut dengan sangkar burung raksasa. Sangkar burung itu menurutku hanya untuk hiburan pengunjung karena hanya ada bunga-bunga dan para pengunjung dapat masuk ke dalam sangkar untuk berfoto. Dibelakang sangkar burung terdapat ruangan berbentuk dome yang ditengahnya terdapat fosil binatang purbakala yaitu T-Rex. Selain itu banyak sekali fosil purba yang diawetkan seperti Mammoth, dan binatang langka. Di Museum Satwa kamu juga akan menemukan banyak sekali diorama yang dibuat mirip dengan habitat asli hewannya. Kalau kamu pernah nonton film Night at The Museum, ya seperti itulah suasananya.

Lanjut ke area sebelahnya yaitu Batu Secret Zoo. Jika di Museum Satwa aku menemui banyak hewan mati yang diawetkan, lain halnya jika di Batu Secret Zoo. Disana hewannya hidup semua, dan tentu saja ditata dengan rapi dan indah, dan yang paling penting adalah bersih. Batu Secret Zoo dan Museum Satwa ini sudah berstandar internasional lho. Jadi tak ragu lagi mengajak anak kecil karena wahana edukasinya yang sangat bagus. Disana aku menemukan banyak sekali zona yang sangat menerik seperti Flamingo, Zona Savannah, Zona 5 Benua, Zona Air, Zona Safari, Zona Reptile Garden, Flying Lemur, Aquarium, serta wahana permainan yang sangat banyak. Wahana permainan di Secret Zoo semuanya gratis tis. Ini juga yang menjadi faktor utama aku, mba Riesye, mba Nuzul dan mba Resti menikmati hampir semua wahana, terutama wahana anak. Seperti kereta yang hanya muat satu anak, kereta yang ada kuda-kudanya, kereta yang sangat pelan yang penumpangnya hanya kita berempat sampai mas penjaganya tanya “ini dari TK mana??” dan kita berempat hanya ketawa. Oke well, dari semua kereta itu ada lagunya loh, dan lagunya lagu anak-anak yang riang dan gembira hhaha…

Selasai mencoba wahana di Batu Secret Zoo, kami makan malan di Rumah Makan Inggil. Rumah Makan ini sangat istimewa karena memadukan dua unsur yaitu seni jaman dahulu dan makanan. Rumah makan ini lebih mirip dengan museum karena banyak sekali barang-barang antik, seperti piringan hitam, radio klasik, mesin jahit, telepon jaman dulu, topeng, lukisan, dll. Lokasinya berada dibelakang alun-alun Kota Malang sehingga mudah dijangkau wisatawan. Di rumah makan ini setiap malam juga ada hiburan seperti tari-tarian. Karena kita meleset datang lebih terlambat, kita tidak bisa menyaksikan hiburan tari-tarian. Tetapi kami masih bisa menikmati berbagai nyanyian keroncong yang sangat apik dibawakan penyanyi dan pemain musik Rumah Makan Inggil.

Setelah puas mengenyangkan perut dan mata hari ini kami kembali ke hotel pukul 20.34. Sesampainya dihotel kami berempat langsung packing karena keesokan harinya kami akan menuju stasiun untuk kembali ke Jogja. Karena malam minggu, sesudah packing kami berempat dan ditambah satu teman laki-laki langsung menuju lobi hotel karena sebelumnya kami sudah janjian akan keluar keliling kota Malang. Dan bapak Tour Agentnya baik sekali yang mau mengantar kami keliling Malang dengan mobil. Kami keluar dari hotel sekitar pukul 21. 20. Tujuan kita yaitu ke Kedai Bakso Bakar Pahlawan Trip yaitu Bakso Bakar yang sempat dibawakan salah satu temanku kemarin. Lokasinya berada persis diseberang Monumen Pahlawan Trip. Sayang begitu sampai disana menunya tinggal bakso bakar aja. Dan dengan sabar mas pelayannya menanggapi cerewetnya kita. Dari nanya basi engga kalo dibawa ke Jogja (akhirnya gajadi bawa pulang) sampai minta bumbu tambahan.

Kenyang makan malam (lagi) kami menuju mobil dengan membawa pesanan orang-orang hotel yang ga ikut ke Bakso Bakar. Selanjutnya kami diajak keliling Malang sama bapaknya yang super baik. Dia menunjukkan banyak sekali tempat nongkrong anak gaul Malang. Suasana malam minggu yang ramai di Malang akan selalu terkenang.


Next kita sampai hotel kira-kira jam 23.30 dan harus mengetuk pintu beberapa anggota Family Gathering yang pesan bakso bakar tadi. Setelah itu kami ke kamar masing-masing, mandi dan tidur. Morning call berbunyi jam 04.30 akupun mandi padahal masih ngantuk buangeett. Dan setelah mandi aku kembali tidur sampai jam 06.00 dilanjutkan sarapan dihotel lalu ke Stasiun untuk kembali ke Kota Tercinta. Sepanjang perjalanan aku begitu terkesan dengan hijaunya Indonesia. Sawah menyapaku dengan riang, kerbau dan domba seakan memberi salam perpisahan ketika kereta kami melintasi sawah bak padang savanna. Pemandangan gubuk kecil petani ditengah sawah seakan memberikan keteduhan khas Indonesia. Anak kecil yang mengendarai sepeda besar hingga kakinya mengantung karena belum cukup tinggi pun membuatku tersenyum simpul. Ah…kelak pasti akan kurindukan suasana sawah nun hijau seperti ini. Dengan jalan yang belum tersentuh aspal, dengan kicauan burung yang masih bersahabat turun ke jalan-jalan, dengan semilir angin mengibas lembut rambut anak kecil yang tengah riang bermain. Semua terekam seperti slow motion di ingatanku. Sampai jumpa lagi, Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Nganjuk, Madiun, Solo, dan Klaten. Terimakasih telah memberikan pemandangan hamparan sawah luas yang mempesona. Sampai bertemu lagi di perjalanan hebat selanjutnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Novel "Milea - Suara Dari Dilan"

Film Beauty And The Beast 2017

Ulasan Novel Dilan - Pidi Baiq